Kegiatan Pembelajaran Berdiferensiasi |
A. Pengertian Pembelajaran Berdiferensiasi
Pembelajaran berdiferensiasi adalah
pembelajaran yang memberi keleluasaan pada siswa untuk meningkatkan potensi
dirinya sesuai dengan kesiapan belajar, minat, dan profil belajar siswa
tersebut. Pembelajaran berdiferensiasi tidak hanya berfokus pada produk
pembelajaran, tapi juga fokus pada proses dan konten/materi. Pembelajaran berdiferensiasi adalah
pembelajaran yang mengakomodir kebutuhan belajar murid. Guru memfasilitasi
murid sesuai dengan kebutuhannya, karena setiap murid mempunyai karakteristik
yang berbeda-beda, sehingga tidak bisa diberi perlakuan yang sama. Dalam
menerapkan pembelajaran berdiferensiasi guru perlu memikirkan tindakan yang
masuk akal yang nantinya akan diambil, karena pembelajaran berdiferensiasi
tidak berarti pembelajaran dengan memberikan perlakuan atau tindakan yang
berbeda untuk setiap murid, maupun pembelajaran yang membedakan antara murid
yang pintar dengan yang kurang pintar. Strategi Pembelajaran berdiferensiasi
ada 3 yaitu: diferensiasi konten, diferensiasi proses, dan diferensiasi produk.
1. Diferensiasi
Konten
Berhubungan
dengan apa yang diajarkan pada murid dengan mempertimbangkan pemetaan kebutuhan
belajar murid baik itu dalam aspek kesiapan belajar, aspek minat murid dan
aspek profil belajar murid atau kombinasi dari ketiganya.
Kesiapan
belajar murid bukanlah tentang tingkat intelektualitas (IQ). Hal ini lebih
kepada informasi tentang apakah pengetahuan atau keterampilan yang dimiliki
murid saat ini, sesuai dengan keterampilan atau pengetahuan baru yang akan
diajarkan.
Minat
merupakan salah satu motivator penting bagi murid untuk dapat ‘terlibat aktif’
dalam proses pembelajaran. Murid yang berbeda akan menunjukkan minat pada topik
yang berbeda. Gagasan untuk membedakan melalui minat adalah untuk
“menghubungkan” murid pada pelajaran untuk menjaga minat mereka. Dengan menjaga
minat murid tetap tinggi, diharapkan dapat meningkatkan kinerja murid dalam hal
ini salah satu contohnya setiap murid memiliki gaya belajar yang berbeda.
2. Diferensiasi
Proses
Dalam kegiatan ini guru perlu memahami apakah murid akan belajar secara berkelompok atau mandiri. Guru menetapkan jumlah bantuan yang akan diberikan pada murid-murid. Siapa sajakah murid yang membutuhkan bantuan dan siapa sajakah murid yang membutuhkan pertanyaan pemandu yang selanjutnya dapat belajar secara mandiri. Semua hal tersebut harus dipertimbangkan dalam skenario pembelajaran yang akan dirancang. Cara diferensiasi proses di antaranya:
- Membuat agenda individual untuk murid, misalnya
guru membuat daftar tugas berisi pekerjaan umum untuk semua kelas serta daftar
pekerjaan yang terkait dengan kebutuhan individual murid. Jika murid telah
selesai mengerjakan pekerjaan umum maka mereka dapat selesai melihat agenda
individual dan pekerjaan yang dibuat khusus untuk mereka.
- Memfasilitasi lama waktu yang murid dapat ambil
untuk menyelesaikan tugas. Dalam hal ini untuk memberikan dukungan bagi murid
yang mengalami kesulitan atau sebaliknya mendorong murid yang cepat untuk
mengejar topik secara lebih mendalam.
- Mengembangkan kegiatan yang bervariasi yang
mengakomodasi gaya belajar visual, auditori dan kinestetik.
- Menggunakan pengelompokan yang fleksibel yang sesuai dengan kesiapan, kemampuan dan minat murid.
3. Diferensiasi
Produk
Produk
adalah hasil pekerjaan atau unjuk kerja yang harus ditunjukan pada guru. Produk
adalah sesuatu yang ada wujudnya bisa berbentuk karangan, tulisan, hasil tes,
pertunjukan, presentasi, pidato, rekaman, diagram, dan sebagainya. Yang paling
penting produk ini harus mencerminkan pemahaman murid yang berhubungan dengan
tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Cara
mendiferensiasi produk dapat dilakukan dengan berbagai cara dengan
mempertimbangkan kebutuhan belajar murid terlebih dahulu sebelum memberikan
penugasan produk. Penugasan produk harus membantu murid secara individual atau
kelompok, menentukan kembali atau memperluas apa yang mereka pelajari selama
periode waktu tertentu (satu semester atau satu tahun). Produk sangat penting
karena mewakili pemahaman dan aplikasi dalam bentuk yang luas, produk juga
merupakan elemen kurikulum yang langsung dapat dimiliki oleh murid.
B. Pembelajaran Berdiferensiasi di Kelas
Ciri-ciri atau karakteristik
pembelajaran berdiferensiasi antara lain; lingkungan belajar mengundang murid
untuk belajar, kurikulum memiliki tujuan pembelajaran yang didefinisikan secara
jelas, terdapat penilaian berkelanjutan, guru menanggapi atau merespon
kebutuhan belajar murid, dan manajemen kelas efektif.
Contoh kelas yang menerapkan
pembelajaran berdiferensiasi adalah ketika proses pembelajaran guru menggunakan
beragam cara agar murid dapat mengeksploitasi isi kurikulum, guru juga
memberikan beragam kegiatan yang masuk akal sehingga murid dapat mengerti dan
memiliki informasi atau ide, serta guru memberikan beragam pilihan di mana murid
dapat mendemonstrasikan apa yang mereka pelajari. Contoh kelas yang belum
menerapkan pembelajaran berdiferensiasi adalah guru lebih memaksakan
kehendaknya sendiri. Guru tidak memahami minat, dan keinginan murid. Kebutuhan
belajar murid tidak semuanya terenuhi karena ketika proses pembelajaran
menggunakan satu cara yang menurut guru sudah baik, guru tidak memberikan
beragam kegiatan dan beragam pilihan.
Untuk dapat menerapkan pembelajaran
berdiferensiasi di kelas, hal yang harus dilakukan oleh guru antara lain:
a. Melakukan pemetaan kebutuhan belajar
berdasarkan tiga aspek, yaitu: kesiapan belajar, minat belajar, dan profil
belajar murid (bisa dilakukan melalui wawancara, observasi, atau survey
menggunakan angket, dll)
b. Merencanakan pembelajaran
berdiferensiasi berdasarkan hasil pemetaan (memberikan berbagai pilihan baik
dari strategi, materi, maupun cara belajar)
c. Mengevaluasi dan erefleksi pembelajaran
yang sudah berlangsung.
Pemetaan kebutuhan belajar merupakan
kunci pokok kita untuk dapat menentukan langkah selanjutnya. Jika hasil
pemetaan kita tidak akurat maka rencana pembelajaran dan tindakan yang kita
buat dan lakukan akan menjadi kurang tepat. Untuk memetakan kebutuhan belajar
murid kita juga memerlukan data yang akurat baik dari murid, orang tua/wali,
maupub dari lingkungannya. Apalagi dimasa pandemi seperti ini, dimana murid
melaksanakan PJJ sehingga interaksi secara langsung antara guru dengan murid
sangat jarang. Akibatnya data yang kita kumpulkan untuk memetakan kebutuhan
belajar murid sulit kita tentukan valid atau tidaknya. Dukungan dari orang tua
dan murid untuk memberikan data yang lengkap dan benar sesuai kenyataan yang
ada. Tidak ditambahi dan juga tidak dikurangi. Orang tua dan murid harus jujur
ketika guru melakukan pemetaan kebutuhan belajar, baik elalui wawancara,
angket, survey, dan lain-lain.
C.
Cara Mencapai Hasil yang Optimal dengan Pembelajaran Berdiferensiasi
Apa yang kita lakukan sebagai guru untuk menciptakan lingkungan
yang mendukung pembelajaran berdiferensiasi? Pembelajaran berdiferensiasi harus
dibangun dengan “learning community” atau komunitas belajar yaitu komunitas
yang semua anggotanya adalah pembelajar. Guru akan mengembangkan murid-muridnya
untuk mengembangkan sikap-sikap dan praktik-praktik yang selalu mendukung
lingkungan belajar. Komunitas belajar yang efektif mendukung pembelajaran
berdiferensiasi adalah:
1.
Setiap orang dalam
kelas akan menyambut dan merasa disambut dengan baik. Iklim ini bukan hanya dilihat dari sikap dan
tindakan guru yang ramah dan menyabut murid tetapi juga sikap yang ditunjukkan
antarmurid. Ruang kelas akan dipenuhi dengan hasil belajar murid atau berbagai
hal di mama murid berperan di dalamnya.
2.
Setiap orang dalam
kelas akan saling menghargai. Baik
guru murid orang tua maupun kepala sekolah akan berbagi kebutuhan, perasaan
diterima, dihormati, aman sukses dan sebagainya. Apapun perbedaan yang dimiliki
mereka semua tentu memiliki perasaan dan emosi manusia yang sama oleh karena
itu dalam kelas yang mengimplementasikan pembelajaran berdiferensiasi guru akan
membelajarkan murid muridnya untuk membedakan perasaan yang mereka miliki
terhadap apa yang dilakukan oleh seseorang dan nilai dari orang tersebut. Guru
membantu murid memecahkan secara konsruktif dan tidak akan pernah membuat
perasaan siapapun menjadi kecil.
3.
Murid akan merasa
aman. Aman tidak hanya secara
fisik tetapi juga secara psikis. Murid-murid yang berada dalam kelas tahu
persis mereka boleh bertanya jika membutuhkan bertanya, mengatakan tidak tahu
jika tidak tahu. Mereka tahu bahwa dalam belajar mereka dapat mengambil risiko
untuk mencoba berbagai ide-ide kreatif.
4.
Ada harapan bagi
pertumbuhan. Tujuan pembelajaran
berdiferensiasi untuk membantu setiap murid tumbuh semaksimal mungkin sesuai
kemampuannya. Dengan demikian guru akan berusaha mengetahui perkembangan setiap
muridnya dan perkembangan kelasnya secara keseluruhan. Murid juga akan belajar
memaknai pertumbuhan mereka sendiri. Mereka akan berbicara tujuan pembelajaran
dan cara pencapaiannya. Semua pertumbuhan yang ditunjukkan murid seberapa
kecilnya akan layak dicatat dan diperhatikan oleh guru. Pertumbuhan setiap
murid akan berbeda-beda bentuknya. Pertumbuhan tersebut adalah sebuah perayaan
dan pertumbuhan tersebut tidak akan lebih daripada apapun.
5.
Guru mengajar untuk
mencapai kesuksesan. Guru mencari tahu di mana
posisi murid dikaitkan dengan tujuan pembelajaran utama yang ingin dicapai dan
kemudian memberikan pengalaman belajar yang akan mendorong murid sedikit
lebih jauh dan lebih cepat daripada kemampuan mereka saat ini atau zona nyaman
mereka. Guru akan merancang pembelajaran yang sedikit melampaui apa yang murid
kuasai saat itu, pada saat itu murid akan keluar dari zona nyaman mereka
dan merasakan sedikit tantangan. Saat murid mengalami tantangan tersebut guru
akan memastikan bahwa dukungan akan diberikan pada murid tersebut, sehingga tantangan
tersebut dapat dilampaui sehingga murid tidak akan menjadi frustasi. Bantuan
atau dukungan inilah yang disebut “scaffolding”. Jadi pembelajaran yang dirancang tidak
terlalu mudah dan tidak terlalu sulit sehingga setiap murid dapat merasakan
kesuksesan.
6.
Ada keadilan dalam
bentuk nyata. Dalam kelas yang menerapkan
pembelajaran berdiferensiasi, adil berarti berusaha memastikan semua murid
mendapatkan apa yang dia butuhkan untuk tumbuh dan sukses. Murid dan guru
adalah sebuah tim untuk berusaha untuk berusaha memastikan bahwa kelas berjalan
dengan baik untuk semua orang di kelas tersebut.
7.
Guru dan
berkolaborasi untuk pertumbuhan dan kesuksesan bersama. Setiap orang harus mengambil tanggung jawab baik
untuk kesejahteraan diri mereka sendiri maupun kesejahteraan orang lain. Untuk
itu guru dan murid bekerja sama untuk kesuksesan bersama. Walaupun guru
pemimpin kelas, namun murid juga secara sadar mengambil tanggung jawab untuk
kesuksesan kelasnya. Mereka akan berusaha untuk menyelesaikan pekerjaan mereka,
memecahkan semua permasalahan dengan cara yang konstruktif dan akan
membantu mengembangkan rutinitas yang efektif.
Dalam menerapkan
pembelajaran berdiferensiasi tentunya kita akan mengalami berbagai tantangan
dan hambatan. Guru harus tetap dapat bersikap positif, Untuk tetap dapat
bersikap positif meskipun banyak tantangan dalam penerapan pembelajaran
berdiferensiasi adalah:
1.
Terus belajar dan berbagi pengalaman dengan teman sejawat
lainnya yang mempunyai masalah yang sama dengan kita (membentuk Learning
Community)
2.
Saling mendukung dan memberi semangat dengan sesama teman
sejawat.
3.
Menerapkan apa yang sudah kita peroleh dan bisa kita terapkan
meskipun belum maksimal.
4.
Terus berusaha untuk mengevaluasi dan memperbaiki proses
pembelajaran yang sudah diterapkan
Pembelajaran
berdiferensiasi sangat berkaitan dengan filosofi pendidikan menurut Ki Hajar
Dewantara, nilai dan peran guru penggerak, visi guru penggerak, serta budaya
positif. Salah satu filosofi pendidkan menurut Ki Hajar Dewantara adalah sistem
“among”, guru harus dapat menuntun murid untuk berkembang sesuai dengan
kodratnya, hal ini sangat sesuai dengan pembelajaran berdiferensiasi. Salah
satu nilai dan peran guru penggerak adalah menciptakan pembelajaran yang
berpihak kepada murid, yaitu pembelajaran yang memerdekakan pemikiran dan
potensi murid. Hal tersebut sejalan dengan pembelajaran berdiferensiasi. Salah
satu visi guru penggerak adalah mewujudkan merdeka belajar dan profil pelajar
pancasila, untuk mewujudkan visi tersebut salah satu caranya adalah dengan
menerapkan pembelajaran berdiferensiasi. Budaya positif juga harus kita bangun
agar dapat mendukung pembelajaran berdiferensiasi.
0 Komentar